Selasa, 05 Mei 2009

Magnoliopsida

Classis Magnoliopsida

Classis Magnoliopsida terdiri atas enam subclassis terpilih. Adapun rincian dari keenam subclassis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Subclassis Magnoliidae

Subclassis Magnoliidae terdiri dari 8 ordo, 39 famili, dan 12.000 spesies. Habitus dari subclassis ini sangat beragam, mulai dari pohon yang berkayu sampai herba. Beberapa famili pada subclassis ini adalah Magnoliaceae, Annonaceae, Lauraceae, Piperaceae, dan Nymphaceae.
a. Magnoliaceae
Famili ini memiliki ciri, habitus berupa pohon dan semak, stipula besar dan kadang-kadang membentuk ochrea, memiliki banyak stamen dan ovarium yang tersusun spiral, perianthium. Contoh spesiesnya adalah Michelia champaca dan Michelia grandiflora.
b. Annonaceae
Anggota famili ini memiliki habitus berupa pohon atau perdu. Kaliks dan korolanya berjumlah kelipatan 3 dengan kaliks tersusun dalam 2 lingkaran. Contohnya adalah Annona muricata (sirsak), A. squamosa, Cananga odorata. Kegunaan dari beberapa anggota famili ini adalah sebagai buah-buahan.
c. Lauraceae
Habitus berupa pohon dan perdu aromatik, memiliki bunga majemuk dengan tipe perbungaan panikula, spika, racemes, dan umbela. Contohnya adalah Persea americana (alpukat).
d. Piperaceae
Anggota famili ini umumnya memiliki daun berbentuk jarum, batang berbuku, dan memiliki bau aromatis. Perbungaan berupa spika dengan ukuran bunga yang kecil. Contohnya adalah Piper bettle yang digunakan sebagai bumbu masak.
e. Nymphaceae
Famili ini terdiri atas tumbuhan air yang bergetah, terapung dalam air, dan memiliki daun tunggal. Contoh tumbuhannya adalah Nymphaea odorata (teratai) yang merupakan tanaman hias.

2. Subclassis Hammamelidae
Subclassis ini terdiri atas 11 ordo, 24 famili dan 3400 species, namun yang akan dibahas hanya 2 famili dari 2 ordo yang berbeda.
a. Moraceae
Famili Moraceae termasuk pada ordo Urticales. Famili ini memiliki ciri, stipula besar, bunga bebrentuk bongkol, cawan, piala. Selain itu, biasanya tumbuhan ini memiliki getah, contoh spesiesnya adalah Ficus benjamina (beringin), Ficus elastica, dan Morus alba. Tumbuhan anggota famili ini biasanya dimanfaatkan sebagai tumbuhan peneduh dan sebagai makanan (Morus alba)
b. Casuarinaceae
Famili Casuarinaceae merupakan anggota ordo Casuarinales. Ciri-ciri famili ini adalah daun termodifikasi seperti sisik, daunnya tersusun secara berkarang, bunga uniseksual, dan memiliki biji yang bersayap. Contoh tumbuhannya adalah Casuarina equisetifolia (cemara laut).

3. Subclassis Caryophyllidae
Habitus umum subclassis ini beragam (pohon – herba). Stamennya tersusun sentrifugal. Subclassis ini memiliki 3 ordo, 14 famili, dan 14.000 species. Famili yang dibahas ada 6, yaitu :

a. Portulacaceae
Habitus tumbuhan ini berupa herba dengan daun yang berdaging (sukulen). Bunganya tuggal dengan stamen yang berjumlah sama dengan petalnya. Contohnya adalah Portulaca sp.
b. Caryophyllaceae
Habitus berupa herba, memiliki nodus yang menggembung, dan duduk daunnya berhadapan. Contoh tumbuhannya adalah Dianthus plumarius (anyelir). Tumbuhan ini digunakan sebagai tanaman hias.
c. Cactaceae
Batang sukulen, daun termodifikasi menjadi duri, memiliki bunga tunggal. Anggota tumbuhan ini banyak digunakan sebagai tanaman hias, misalnya Opuntia sp.
d. Amaranthaceae
Habitus berupa herba, bunga majemuk (spika) dan memiliki banyak brachtea. Kaliks serta korola tidak bisa dibedakan karena bentuknya tipis seperti membran. Anggota famili ini dimanfaatkan sebagai sayuran, misalnya Amaranthus hybridus (bayam).
e. Nyctaginaceae
Ciri khas famili ini adalah memiliki braktea yang berwarna dan persisten, dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Contohnya adalah Bougenvillea spectabilis dan Mirabilis jalapa (bunga pukul empat).
f. Polygonaceae
Habitus berupa herba, memiliki buku yang menggembung, kaliksnya petaloid (seperti korola). Contoh tumbuhannya adalah Antigonon leptopus (air mata pengantin).

4. Subclassis Dilleniidae
Subclassis ini terdiri dari 13 ordo, 78 famili dan 25.000 species. Adapun famili yang dibahas ada 7 famili.
a. Dilleniaceae
Habitus berupa pohon, perdu, liana, korolanya cepat luruh, dan termasuk apokarp. Contoh Dillenia phillipinensis (sempur).
b. Theaceae
Tumbuhan ini berkayu dan berdaun tunggal, letak daun tersebar, dan biseksualis. Contoh Thea sinensis.
c. Malvaceae
Habitus beragam, dari pohon sampai herba. Tumbuhan ini memiliki stamen yang banyak dan tersusun dalam stamina column. Contohnya adalah Hibiscus rosasinensis (kembang sepatu).
d. Passifloraceae
Habitus herba sampai perdu, memiliki sulur, kaliks dan petal berjumlah lima, dan memiliki androgynophore. Contohnya adalah Passiflora quadringularis (markisa)
e. Caricaceae
Habitus berupa pohon berkayu lunak, daun tunggal atau majemuk, dan bunga uniseksualis. Contoh tumbuhannya adalah Carica papaya.
f. Cucurbitaceae
Habitus berupa herba memanjat, bunga kelipatan 3, bunga tunggal dan uniseksualis. Biasanya tumbuhan ini dimanfaatkan sebagai sayuran, contohnya Shecium edule (labu) dan Cucumis sativus (mentimun).
g. Brassicaceae
Habitus berupa herba, bunga majemuk racemosa, biseksualis, dauntunggal atau majemuk dan letaknya tersebar. Kegunaannya sebagai sayuran, misalnya Brassica sinensis (petsai) dan Rhapanus sativus (lobak)

5. Subclassis Rosidae
Habitus umumnya pohon, semak, atau herba. Jumlah famili mencapai 114 dan merupakan subclassis yang terbanyak anggotanya. Namun, famili yang dibahas hanya berjumlah 8 famili.
a. Rosaceae
Umumnya berdaun tunggal, bunga majemuk hypanthium. Anggotanya terdiri atas 100 genus dan 3000 species. Contohnya Rosa sp dan Prunus sp.
b. Mimosaceae
Daun berupa daun majemuk, memiliki perbungaan (kapitulum, spika, dan racemosa). Buah merupakan buah legum atau polong. Contoh tumbuhannya adalah Mimosa pudica (putri malu)
c. Caesalpiniaceae
Daun tunggal atau majemuk, habitus bervariasi, buah legum, bunga tunggal atau majemuk. Contohnya Caesalpinia pulcerrima.
d. Myrtaceae
Habitus perdu dan pohon, kulit batang mudah terkelupas, buah tunggal (bacca atau drupa). Contoh tumbuhannya adalah Psidium guajava (jambu biji)
e. Euphorbiaceae
Habitus berupa perdu, pohon, herba, biasanya bergetah, bunga uniseksual. Contohnya adalah Euphorbia sp.
f. Anacardiaceae
Habitus perdu atau pohon, buah tunggal berupa drupa, bunga majemuk bisa biseksual ataupun uniseksual. Contohnya Mangifera indica (mangga).
g. Rutaceae
Habitus perdu atau pohon, bunga tunggal, pada daun terlihat titik-titik terang jika dilihat arah menentang matahari.Contoh tumbuhannya adalah Citrus sp.
h. Apiaceae
Habitus berupa herba, batang berongga dan aromatis, bunga majemuk umbella yang dikelilingi braktea involukrum. Tumbuhan ini banyak dimanfaatkan sebagai sayuran, misalnya Daucus carota (wortel).

6. Subclassis Asteridae
Habitus umumnya berupa pohon, semak dan herba. Famili yang dibahas ada 7, yaitu
a. Apocinaceae
Bunga tunggal atau majemuk, petal terdiri atas tubus, limbus, faux. Kuncup bunga biasanya terpilin (kontortus), buah tunggal atau ganda. Contohnya Plumeria sp (kemboja)
b. Solanaceae
Bunga tunggal atau majemuk, pentamer, sepal bersatu dan persisten, petal bersatu berbentuk seperti corong. Contohnya adalah Solanum sp.
c. Convolvulaceae
Habitus bervariasi, batang berongga, bunga tunggal atau majemuk, bentuknya actinomorph, petal bersatu berbentuk lonceng. Contohnya Ipomoea aquatica (kangkung).
d. Verbenaceae
Habitus berupa herba atau perdu, bunga majemuk, aktinomorph, daun tunggal tanpa stipula dan letaknya berhadapan. Contoh spesiesnya adalah Lantana camara.
e. Lamiaceae
Habitus bervariasi, mengandung minyak atsiri, bunga majemuk, bilabiatus, zygomorf, daun tunggal tanpa stipula. Contoh tumbuhannya adalah Ocimum basilicum.
f. Rubiaceae
Daun tunggal berhadapan dan memiliki stipula interpetiolar, bunga tunggal, aktinomorph, biseksual. Contoh tumbuhannya adalah Ixora sp
g. Asteraceae
Daun tunggal, tanpa stipula, letaknya tersebar atau berhadapan, bunga majemuk (kapitulum) dikelilingi braktea involukrum, memiliki 3 bentuk bunga yaitu bunga pita, bunga tabung, dan bunga bibir. Contoh tumbuhannya adalah Helianthus anuus (bunga matahari)

Berbagai gambar anggota Magnoliopsida

Senin, 04 Mei 2009

Gymnospermae

a. Definisi Pinophyta

Pinophyta berasal dari kata Pinos yang artinya “Minum” dan Phyton yang artinya tumbuhan. Jadi Pinophyta adalah kelompok tumbuhan yang serbuk sarinya masuk ke ruang serbuk melalui penyusutan cairan pada tetes penyerbukan. Pinophyta dapat disebut juga Gymnospermae. Istilah Gymnospermae didasarkan pada bijinya yang terbuka/telanjang dimana ovulum tidak terbungkus daun buah karpel.


b. Ciri-ciri Umum Pinophyta

Akar dan batang pinophyta berkambium yang selalu mengadakan pertumbuhan menebal sekunder. Berkas pembuluh pengangkutan kolateral terbuka. Xilem pada pinophyta hanya terdiri atas trakeid saja sedangkan floemnya tanpa sel-sel pengiring. Habitus pinophyta adalah semak, perdu atau pohon. Sistem perakarannya adalah sistem akar tunggang. Tumbuhan Pinophyta memiliki batang yang tegak lurus dan bercabang-cabang. Daunnya jarang yang berdaun lebar, jarang yang bersifat majemuk, dan sistem pertulangan daunnya tidak banyak ragamnya. Hal ini sangat berbeda dengan karakteristik daun yang terdapat pada angiospermae yang sistem pertulangannya beraneka ragam.

Pinophyta tidak memiliki bunga, sporofil terpisah-pisah atau membentuk srobilus jantan dan betina. Makrosporofil dan makrosporangium yang tampak menempel pada strobilus betina. Letak makrosporofil dan mikrosporofil terpisah. Sel kelamin jantan berupa spermatozoid yang masih bergerak aktif. Penyerbukan yang terjadi pada Pinophyta hampir selalu dengan cara anemogami (penyerbukan dengan bantuan angin). Serbuk sari jatuh langsung pada bakal biji. Selang waktu antara penyerbukan sampai pembuahan relatif panjang. Pembuahan yang terjadi pada pinophyta disebut pembuahan tunggal (setiap inti generatif melebur dengan inti sel telur). Mikropil terdedah ke udara bebas.


c. Klasifikasi Pinophyta


Pinophyta atau Gymnospermae merupakan suatu kelompok tumbuhan yang sudah ada sejak Palaezoicum. Kelompok-kelompok yang lebih kecil daripada Pinophyta berkembang pada akhir Palaezoicum dan awal mesozoicum kemudian menyusut pada akhir Mesozoikum seiring dengan punahnya dinosaurus. Pada kenozoicum hanya tinggal 4 kelas dengan adanya penambahan kelompok Gnetopsida. Di daerah tropis hanya ditemukan 3 kelas yaitu Cycadopsida, Coniferopsida, dan Gnetopsida, sedangkan kelas Ginkopsida hanya ditemukan di daerah subtropis seperti Jepang, Cina, dan Amerika Utara.

Cycadopsida diwakili oleh ordo Cicadales dengan 2 familia (Cicadaceae dan Zamiaceae), Coniferales dengan beberapa familia (Pineceae, Arauchariaceae, Pddocarpaceae, Cupressaceae). Sedangkan Gnetopsida diwakili oleh ordo Gnetales dengan beberapa Familia (Gnetaceae, Ephedraceae, Welwitisiaceae).

Classis Cycadopsida

Classis ini hanya terdiri atas satu ordo yaitu Cycadales. Bangsa Cycadales pada awalnya hanya memiliki satu familia (Cycadaceae) kini terdiri atas familia Cycadaceae dan Zamiaceae. Ciri-ciri familia Cycadaceae adalah sebagai berikut.

- Daun berbagi menyirip, tersusun roset batang, daun muda menggulung.

- Mirip palma berkayu berbentuk pohon atau semak.

- Strobilus terminalis, uniseksualis, dioecious.

- Strobilus jantan mengandung banyak sekali mikrosporofil yang tersusun spiral dengan mikrosporangia pada permukaan bawah.

- Gamet jantan (spermatozoid) motil, di lingkungan air, penting untuk penyerbukan.

- Jumlah ovuli dua atau lebih pada tiap megasporofil.

- Megasporofil mirip bulu ayam, tersusun longgar di ujung batang atau tersusun rapat dan kompak.


Genus : Cycas, Zamia, Macrozamia, Dioon, Encephalartos.

Contoh : Cycas rumphii (Pakis haji)

Daun dan runjung jantan Cycas strobilus betina Cycas rumphii





Strobilus betina dan strobilus jantan



Classis Gynkopsida

Warga kelas ini tersebar luas di zaman mesozoikum dan tersier, berupa pohon-pohonan yang mempunyai tunas panjang dan pendek dengan daun-daun yang bertangkai panjang. Kelas ini hanya memiliki satu ordo yakni Gynkoales yang juga hanya memiliki satu familia yaitu Gynkoaceae. Ciri-ciri familia Ginkgoaceae :

- Habitus pohon tinggi > 1000 kaki, daun berubah warna dan menggugurkan daunnya pada musim rontok.
Tumbuhan berumah dua; Gamet jantan motil, penyerbukan di air.

- Daun muda menggulung, melebar bentuk kipas, daun terbagi dua simetris karena lekukan yg dalam, mengalami perkembangan.

- Strobilus jantan berbentuk kerucut; strobilus betina dngan 2 ovuli yang berbeda kematangannya; ovulum mempunyai pembungkus berdaging yang dapat berubah warna.

- Lembaga mempunyai 2 cotyledon.

Salah satu contoh species dari ordo Gynkgoales adalah Ginkgo biloba (the living fossils)



Daun Ginkgo biloba


Daun tumbuhan kelas ini banyak yang berbentuk jarum, oleh karena itu sering disebut sebagai pohon jarum. Tajuk pohon kebanyakan berbentuk kerucut (Conus = kerucut; Ferein = mendukung).

Ordo Coniferales terbagi dalam beberapa familia, yaitu :

1). Familia Araucariaceae

Genus : Araucaria, Agathis

Ciri-ciri familia Araucariaceae :

- Evergreen trees, mengandung resin.

- Daun tersusun spiral atau 2 tingkat, kaku, serupa paku, linear atau ovatus, sering meruncing.

- Strobilus uniseksualis, terminalis atau aksilar.

- Strobilus jantan dgn banyak mikrosporofil masing-masing dengan 4-19 mikrosporangia.

- Strobilus betina mirip gada atau bulat, dengan ovulum soliter dengan bagian memipih serupa sayap.

- Kecambah dengan 2-4 cotyledon.

Contoh : Araucaria sp. dan Agathis alba

Araucaria sp




Agathis alba




2). Familia Podocarpaceae

Ciri-ciri familia Podocarpaceae :

- Terdapat di belahan bumi selatan

- Perdu atau pohon; daun tersusun spiral atau berseling, bentuk menyerupai sisik, serupa jarum sampai lancealatus

- Strobilus uniseksualis, dioecious, aksilaris;

- Strobilus jantan berbentuk conus dgn banyak mikrosporofil; dua mikrospangia pada tiap mikrosporofil.

- Strobilus betina hanya satu sampai beberapa ovuli yang soliter, sering dengan pembungkus sukulen รจ epimatium (homolog dgn sisik pembawa ovuli) atau tertanam dalam arilus bentuk cawan (Phyllocladus).

- Mikropil pada Podocarpus menghadap ke bawah

Contoh : Podocarpus imbricatus, P. polystachyus


Podocarpus sp betina dan jantan


3). Familia Pinaceae

Genus : Pinus

Ciri-ciri familia Pinaceae :

- Pohon berkayu, strobilus bentuk conus.

- Daun bentuk jarum & berkelompok atau serupa sisik; daun dan sisik tersusun spiral; sisik dan braktea lepas.

- Tiap sisik dengan dua (2) biji bersayap.

- Strobilus jantan dan betina dalam satu pohon; strobilus jantan lebih kecil dp strobilus betina (berkayu), terletak aksilaris.

- Penyerbukan & penyebaran biji dengan bantuan angin.

- Serbuk sari dengan dua gelembung udara.

- Cotyledon banyak.

Contoh : Pinus merkusii



Strobilus pada Pinus merkusii


4). Familia Cupressaceae

Genus : Cupressus

Ciri-ciri familia Cupressaceae :

- Daun bentuk sisik & tersusun berhadapan atau berseling; sisik dan braktea bersatu.

- Tiap braktea dengan sejumlah biji kecil tanpa sayap.
- Strobilus jantan dan betina dalam satu pohon; strobilus jantan berbentuk kerucut, strobilus betina berbentuk bulat; terletak aksilaris.

- Penyerbukan & penyebaran biji dengan bantuan hewan.

- Cotyledon banyak.

Contoh : Cupressus sp., Juniperus communis, Thuja gigantea


Cupressus sp.


4. Classis Gnetopsida

Ordo: Gnetales

Familia : Gnetaceae

Memiliki ovulum yang lebih tertutup dibandingkan dengan ovulum familia lain dalam pinophyta, tetapi mikropilnya tetap terbuka.


Karakteristik:

- Liana berkayu, beberapa tegak;

- Percabangan bersendi dan menebal;

- Daun sederhana, berhadapan, menyirip;

- Strobilus uniseksual atau biseksual tidak sempurna, memanjang dan ber-buku-buku;

- Bunga jantan: berkelompok aksilaris, berkarang, tiap bunga dengan brakteola bersatu;

- Bunga betina: berkelompok aksilaris, berkarang, tiap bunga memiliki tiga (3) lapisan pelindung;

- Biji dilindungi perianth yang berdaging.

Contoh : Gnetum gnemon



Gnetum gnemon Strobilus Gnetum gnemon




d. Perkembangbiakan Pinophyta


Minggu, 03 Mei 2009

PTERYDOPHYTA

Tumbuhan paku tergolong tumbuhan kormus berspora, yang disebut Pterydophyta. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu pteron = sayap, bulu. Pteridophyta adalah tumbuhan kormus yang menghasilkan spora, dan memiliki susunan daun yang umumnya membentuk bangun sayap (menyirip) dan pada bagian pucuk tumbuhan itu terdapat bulu – bulu. Daun mudanya membentuk gulungan/melingkar.

Tumbuhan paku memperlihatkan pergiliran keturunan yang jelas seperti halnya Bryophyta, hanya fase gametofitnya masih masih berbentuk thallus yang disebut prothalium dan sangat kecil bentuknya sehingga tidak mudah terlihat. Adapun fase sporofitnya jelas terlihat, yang dikenal sebagai tumbuhan paku.

Pteridophyta tergolong kedalam kormofita sejati, karena sudah menyerupai tumbuhan tinggi, yaitu :

1. Batangnya bercabang – cabang dan ada yang berkayu.

2. Daunnya sudah memiliki urat – urat daun, tetapi ada yang tidak berdaun (seperti Psilotum) dan berdaun berupa sisik (seperti Equisetum)

3. Rhizoidnya sudah berkembang ke bentuk akar

4. Sudah memiliki berkas pembuluh angkut (xylem dan floem) tipe radial/menjar, atau tipe konsentris.

Daun tumbuhan paku ada dua macam, yaitu tropofil dan sporofil. Bentuk sporofil ini ada yang mirip dengan tropofil, dan ada yang berbeda sekali dengannya dengan membentuk strobilus. Dengan demikian ada paku homofilum dan paku heterofilum. Juga terdapat daun sporotropofil, dimana dalam satu tangkai daun, anak – anak daun ada yang menghasilkanspora dan ada yang tidak berspora (seperti Nephrolepis)

Pterydophyta seperti halnya Plantae lainnya, mengalami metagenesis sepanjang hidupnya. Pergiliran dominasi sporofit dan gametofit ini ditandai dengan perubahan struktur tubuh. Pteridophyta memiliki fase sporofit yang lebih dominan. Paku yang sering kita temukan sehari – hari merupakan fase sporofit Pteridophyta, sedangkan fase gametofit berukuran sangat kecil dan sulit teramati

Gametogenesis Pterydophyta

Spora yang tumbuhan paku berbeda – beda, baik bentuk, ukuran maupun sifatnya. Atas dasar ini kita membedakannya ada tumbuhan paku homospora, heterospora, dan tumbuhan paku peralihan yang memiliki sifat keduanya. Pada paku heterospora akan dihasilkan jenis spora yang disebut maksrospora dan mikrospora yang berbeda sifatnya. Tetapi pada tumbuhan paku homospora hanya dihasilkan satu jensi spora dalam sporangiumnya.

Susunan letak sporangium paku dan beberapa macam ; ada yang tersusu dalam sorrus, strobilus dan sporokarpium. Badan – badan penghasil sporangium tersebut ada yang di ketiak daun/cabang, di ujung cabang, atau di helaian daunnya. Hal ini menentukan dalam pembagian klasifikasinya.

Klasifikasi Pteridophyta

Beberapa criteria dalam pengklasifikasian Pterydophyta adalah sebagai berikut :

· Ada tidaknya daun, bentuk serta susunannya.

· Susunan sporangium dan bentu sporanya

· Bentuk dan susunan batangnya

· Susunan anatomi tubuhnya

· dsb.

Di antara para ahli penamaan takson dalam klasifikasi tumbuhan paku ada bebeapa perbedaan, karena memiliki anggapan dasar masing – masing. Pterydophyta diklasifikasikan menjadi empat divisi, yaitu :

1. Divisi Psilophyta

Kelas : Psilotinae

Ciri : Tanpa daun, sporangium pada buku batang

Contoh : Psilotum



2. Divisi Calamophyta

Kelas : Equisetinae

Ciri : Berdaun, daun serupa rambut atau sisik, sporangium dalam strobilus, duduk daun berkarang, batang berongga/berbuku, spora berflagel/ada elater seperto bentuk laba – laba (calamites)

Contoh : Equisetum debile



3. Divisi Lepidophyta

Kelas : Lycopodiinae

Ciri : Berdaun, daun serupa rambut atau sisik, sporangium dalam strobilus, duduk daun tersebar, batang padat, spora tidak berflagel

Contoh : Lycopodium



4. Divisi Pterophyta

Kelas : Filicinae

Ciri : Berdaun, daun lebar, sporangium dalam sorrus atau sporokarpium, duduk daun membentuk sayap.

Contoh : Dryopteris filix



Klasifikasi Plantae

Terdapat dua dasar pengklasifikasian yang paling dikenal dalam dunia Plantae, yakni didasarkan pada kelengkapan dan kesejatian struktur tubuhnya serta komponen dan mekanisme reproduksinya. Maka Plantae dikelompokkan kedalam dua kelompok, yaitu :

1.Tallophyta)
Ciri umum :
  • Reproduksi dengan spora
  • Belum memiliki akar,batang, dan daun sejati
  • Belum terdapat berkas pembuluh
Anggotannya : Brophyta (Lumut)

2.Kormophyta
Ciri umum :
  • Reproduksi dengan spora dan biji
  • Telah memiliki akar,batang, dan daun sejati
  • terdapat berkas pembuluh
Anggotannya :
•Kormophyta berspora : Pterydophyta (paku)
•Kormophyta berbiji/berbunga : Spermatophyta/Anthophyta

Untuk Spermtophyta, kemudian kita menegenal adanya pengelompokkan berdasarkan keterbukaan biji (perkembangan dari makrosporofil yang dibuahi) ke udara, kita mengenal kelompok :
  1. Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka)/Pinophyta
  2. Angiospermae (berbiji tertutup)/ Magnoliophyta
Angiospermae atau Magnoliophyta kemudian diklasifikasikan kedalam dua kelompok klassis, yakni :
  • Monokotiledonae (Liliopsida), dan
  • Dikotiledonae (Magnoliopsida)

Klasifikasi Invertebrata

Klasifikasi Hewan Kerajaan/Kingdom Animalia - Pembagian Jenis/Macam atau
Kategori Binatang Terbagi Menjadi 10 Filum/Phylum Hewan atau animal yang kita kenal selama ini dapat dibagi manjadi sepuluh macam filum / phylum yaitu protozoa, porifera, coelenterata, platyhelminthes, nemathelminthes, annelida, mollusca, echinodermata, arthropoda dan chordata.

1. Phylum / Filum Protozoa atau Protosoa
Protozoa adalah hewan bersel satu karena hanya memiliki satu sel saja alias bersel tunggal dengan ukuran yang mikroskopis hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Protozoa dapat hidup di air atau di dalam tubuh makhluk hidup atau organisme lain sebagai parasit.
Hidupnya dapat sendiri atau soliter atau beramai-ramai atau koloni. Contohnya : amuba / amoebia.


Protozoa


2. Phylum / Filum Porifera

Porifera adalah binatang atau hewan berpori karena tubuhnya berpori-pori mirip spon dengan bintang karakter terkenal spongebob squarepants hidup di air dengan memakanmakanan dari air yang disaring oleh organ tubuhnya. Contohnya : bunga karang, spons,
grantia.



Sponge

3. Phylum / Filum Coelenterata
Coelenterata adalah hewan berongga bersel banyak yang memiliki tentakel contohnya seperti ubur-ubur dan polip. Simetris tubuh coelenterata adalah simetris bilateral hidup di laut.
Contohnya yaitu hydra, koral, polip dan jellyfish atau ubur-ubur.


Coelenterata



4. Phylum / Filum Platyhelminthes
Platyhelminthes adalah binatang sejenis cacing pipih dengan simetri tubuh simetris bilateral tanpa peredaran darah dengan pusat syarah yang berpasangan. Cacing pipih kebanyakan sebagai biang timbulnya penyakit karena hidup sebagai parasit pada binatang / hewan atau manusia. Contohnya antara lain seperti planaria, cacing pita, cacing hati, polikladida.




5. Phylum / Filum Nemathelminthes
Nemathelminthes atau cacing gilik / gilig adalah hewan yang memiliki tubuh simetris bilateral dengan saluran pencernaan yang baik namun tiak ada sistem peredaran darah.
Contoh cacing gilik : cacing askaris, cacing akarm cacing tambang, cacing filaria.


Ascaris

6. Phylum / Filum Annelida atau Anelida Annelida adalah cacing gelang dengan tubuh yang terdiri atas segmen-segmen dengan berbagai sistem organ tubuh yang baik dengan sistem peredaran darah tertutup. Annelida sebagian besar memiliki dua kelamin sekaligus dalam satu tubuh atau hermafrodit.
Contohnya yakni cacing tanah, cacing pasir, cacing kipas, lintah / leeches.


Cacing tanah

7. Phylum / Filum Mollusca atau Molusca / Moluska

Mollusca adalah hewan bertubuh lunak tanpa segmen dengan tubuh yang lunak dan biasanya memiliki pelindung tubuh yang berbentuk cangkang atau cangkok yang terbuat dari zat kapur untuk perlindungan diri dari serangan predator dan gangguan lainnya. Contoh molluska : kerang, nautilus, gurita, cumi-cumi, sotong, siput darat, siput laut, chiton



8. Phylum / Filum Echinodermata atau Ecinodermata
Echinonermata adalah binatang berkulit duri yang hidup di wilayah laut dengan jumlah lengan lima buah bersimetris tubuh simetris radial. Beberapa organ tubuh echinodermata sudah berkembang dengan baik. Misalnya teripang / tripang / ketimun laut, bulu babi, bintang ular, dolar pasir, bintang laut, lilia laut.



9. Phylum / Filum Arthropoda
Arthropoda adalah hewan dengan kaki beruas-ruas dengan sistem saraf tali dan organ tubuh telah berkembang dengan baik. Tubuh artropoda terbagi atas segmen-segmen yang berbeda dengan sistem peredaran darah terbuka. Contoh : laba-laba, lipan, kalajengking, jangkrik, belalang, caplak, bangsat, kaki seribu, udang, lalat / laler, kecoa.



DAFTAR PUSTAKA

http:// www.organisasi. org
http://biology.about.com/library/weekly/aa031600a.htm
http://wikipedia.com/kerajaan(biologi)
Suripto, A. Bambang. 2007. Catatan Singkat Taksonomi Hewan Vertebrata.
Lab. Taksonomi Hewan Fakultas Biologi UGM

http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/10/mengenal-phylum-coelenterata-cnidaria/

SEJARAH KLASIFIKASI

Carolus Linnaeus

Alam semesta terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik (makhluk hidup) jumlahnya sangat banyak dan sangat beraneka ragam. Mulai dari laut, dataran rendah, sampai di pegunungan, terdapat makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan sangat beraneka ragam. Karena jumlahnya banyak dan beraneka ragam, maka kita akan mengalami kesulitan dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup. Untuk mempermudah dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup maka diperlukan cara. Cara untuk mempermudah kita dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup disebut Sistem Klasifikasi (penggolongan / pengelompokan).

Klasifikasi hewan adalah pengelompokan berdasarkan kesamaan bentuk dan fungsi pada tubuh hewan. Tujuan klasifikasi itu sendiri adalah untuk memudahkan mengenali jenis-jenis hewan serta memudahkan komunikasi di dalam biologi. Klasifikasi hewan bersifat dinamis. Hal itu disebabkan beberapa kemungkinan seperti adanya perkembangan pengetahuan tentang hewan, penggunaan karakter yang berbeda dalam klasifikasi. Klasifikasi hewan didasarkan atas persamaan dan perbedaan karakter tertentu pada hewan yang bersangkutan. Perkembangan klasifikasi hewan secara garis besar dibagi menjadi empat tahap yaitu klasifikasi masa sebelum Linnaeus (pra-Linnaeus), klasifikasi sistem Linnaeus, klasifikasi sistem 3 kingdom, dan klasifikasi sistem 5 kingdom.

1. Sistem Klasifikasi Pra-Linnaeus

Sistem klasifikasi ini dilakukan dengan melihat kesamaan bentuk luar dari tubuh makhluk hidup (morfologi). Makhluk hidup pada masa ini dibedakan menjadi dua kelompok seperti konsep Aristoteles yang mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi 2 yaitu tumbuhan dan hewan. Hewan-hewan yang memiliki bentuk tubuh yang sama dikelompokkan menjadi satu kelompok tersendiri. Selain itu hewan juga dikelompokkan berdasarkan kegunaannya masing-masing. Pengelompokan hewan didasarkan pada ciri-ciri lalu ditentukan macamnya dan diberikan nama sesuai dengan isyarat yang dimiliki. Proses-proses ini dilakukan tanpa kesadaran dan berlangsung dalam waktu yang sangat cepat. Pada masa pra-Linnaeus juga belum ada publikasi tentang klasifikasi hewan.

2. Sistem Klasifikasi Linnaeus (Sistem 2 Kingdom)

Taksonomi Linnaeus adalah suatu sistem klasifikasi ilmiah yang mengelompokkan organisme ke dalam suatu hirarki. Sistem ini dirintis pada abad ke-18 oleh Carolus Linnaeus, seorang ilmuwan Swedia, terutama melalui dua bukunya Systema Naturae dan Species Plantarum. Menurut sistem ini, klasifikasi diawali dengan tiga kerajaan besar, yang selanjutnya dibagi lagi menjadi kelas dan ordo. Ordo kemudian dibagi lagi menjadi genus dan selanjutnya spesies. Dia seorang ilmuwan Swedia yang meletakkan dasar tatanama biologi. Ia dikenal sebagai "bapak taksonomi modern" dan juga merupakan salah satu bapak ekologi modern. Linnaeus ialah ahli botani yang paling dihormati pada masanya, dan ia juga terkenal dengan kemampuan bahasanya. Linnaeus adalahi ahli Zoologi, botani dan juga seorang dokter.

Makalahnya mengenai taksonomi berjudul Systema Naturae. Di dalamnya, penggunaan deskripsi resmi - physalis amno ramosissime ramis angulosis glabris foliis dentoserratis - diganti olehnya menjadi nama genus-species yang ringkas dan akrab pada zaman sekarang - Physalis angulata - dan penggolongan taksa lebih tinggi dibuat secara berurutan. Linnaeus adalah pelopor sisstem binomial nomenklature atau sistem tata nama ganda. Linnaeus meneruskan kerja dalam sistem klasifikasi serta memperluas pula pada Kerajaan (Regnum) Hewan dan Kerajaan Mineral. Sumbangan utama Linnaeus bagi ilmu taksonomi ialah pembuatan konvensi penamaan organisme hidup yang diterima secara universal dalam dunia ilmiah—karya Linnaeus tersebut menjadi titik awal tatanama biologi. Selain itu, Linnaeus

mengembangkan, selama pengembangan besar pengetahuan sejarah alam pada abad ke-18, hal yang sekarang disebut sebagai taksonomi Linnaeus, yaitu sistem klasifikasi ilmiah yang kini digunakan secara luas dalam biologi. Sistem Linnaeus mengklasifikasikan alam dalam hirarki atau tingkatan-tingkatan, dimulai dengan dua "kerajaan" atau kingdom yaitu Animalia dan Plantae.

Kerajaan dibagi ke dalam Kelas dan masing-masing Kelas terbagi dalam Ordo, yang dibagi dalam Genera (bentuk tunggal: genus), yang dibagi dalam Spesies. Di bawah tingkatan spesies, Linnaeus kadang menyebutkan takson yang tidak diberinya nama (untuk tumbuhan, hal ini sekarang dinamai "varietas").

Linnaeus menamai taksa dengan sesuatu yang mengena pada ciri khusus taksa tersebut. Sebagai contoh, manusia adalah Homo sapiens, tetapi ia juga menyatakan bahwa ada species manusia kedua, Homo troglotydes (bermakna "orang goa", yang ia maksudkan untuk simpanse dan sekarang ditempatkan dalam genus berbeda (bukan Homo) melainkan Pan troglotydes). Kelompok mamalia dinamai berdasarkan kelenjar susu (mammae) karena salah satu definisi karakteristik mamalia adalah bahwa mereka merawat bayinya. (Dari beberapa perbedaan antara mamalia dan hewan lain, Linnaeus lebih memilih hal ini karena pandangannya pada pentingnya keberadaan induk betina.)

Hanya sistem pengelompokan hewan oleh Linnaeus yang masih tetap digunakan hingga kini, dan pengelompokan itu sendiri sudah banyak berubah sejak dicetuskan oleh Linnaeus sebagaimana prinsip-prinsip yang melandasi pengelompokan itu juga banyak berubah. Namun demikian, Linnaeus tetap dianggap berjasa mengembangkan gagasan struktur hirarki klasifikasi yang didasari oleh sifat-sifat teramati. Rincian dasar tentang hal yang dapat dianggap sah secara ilmiah untuk disebut 'sifat teramati' itu sendiri telah berubah seiring bertambahnya pengetahuan (contohnya, DNA yang pada masa hidup Linnaeus tidak dikenal telah terbukti bermanfaat dalam mengklasifikasikan dan menentukan hubungan organisme hidup satu dengan lainnya), namun prinsip-prinsip dasarnya tetap masuk akal.

3. Sistem Klasifikasi 3 Kingdom

Ketika makhluk hidup bersel satu ditemukan, temuan baru ini dipecah ke dalam dua kerajaan: yang dapat bergerak ke dalam filum Protozoa, sementara alga dan bakteri ke dalam divisi Thallophyta atau Protophyta. Namun ada beberapa makhluk yang dimasukkan ke dalam filum dan divisi, seperti alga yang dapat bergerak, Euglena, dan jamur lendir yang mirip amuba. Karena dasar inilah, Ernst Haeckel pada tahun 1866 menyarankan adanya kerajaan ketiga, yaitu Protista untuk menampung makhluk hidup yang tidak memiliki ciri klasifikasi yang jelas. Kerajaan ketiga in baru populer belakangan ini (kadang dengan sebutan Protoctista). Protista adalah organisme yang memiliki sifat-sifat tumbuhan dan hewan sekaligus.

4. Sistem Klasifikasi 4 Kingdom

Ada dua tokoh yang mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi sistem 4 kingdom yaitu Copeland dan Whittaker. Hanya saja dasar yang digunakan oleh keduanya berbedasehingga dihasilkan klasifikasi makhluk hidup yang berbeda pula. Copeland membagi menjadi empat Kingdom yaitu Monera, Protoctista, Metaphyta dan Metazoa. Monera adalah organisme yang belum memiliki membran inti dan membran organel sel atau bersifat prokariotik.

Berbeda dengan Protista/Protoctista yang bersifat Eukariotik. Metaphyta adalah tumbuhan yang mengalami masa perkembangan embrio, begitu juga Metazoa adalah kelompok hewan yang mengalami masa perkembangan embrio dalam siklus hidupnya. Sedangkan Whittakers membagi hewan menjadi beberapa kingdom: Animalia, Plantae, Fungi dan Protista.

Fungi dijadikan kingdom tersendiri karena fungi memiliki perbedaan dari

tumbuhan. Fungi bukan organisme autotrof layaknya tumbuhan melainkan organisme yang heterotrof yaitu tidak dapat mensintesis makanannya sendiri.

5. Sistem Klasifikasi 5 Kingdom

Tokoh pencetus adanya klasifikasi 5 Kingdom adalah Robert H . Whittaker. Dia menggolongkan makhluk hidup menjadi Animalia, Plantae, Fungi, Protista dan Monera.

Ciri-ciri pada sistem 5 kingdom :

1. Kingdom Monera : Prokariot, Autotrof dan Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler

2. Kingdom Protista : Eukariot, Autotrof dan Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler

3. Kingdom Fungi : Eukariot, Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler

4. Kingdom Plantae : Eukariot, Autotrof, Multiseluler

5. Kingdom Animalia : Eukariot, Heterotrof, Multiseluler



Jumat, 01 Mei 2009

Klasifikasi Vertebrata


Gambaran Umum Tatanama Hewan

Pada hakikatnya nama-nama takson itu adalah alat komunikasi bagi para pakar zoologi, sebab tanpa menyebut nama, orang lain tidak akan mengerti objek hewan apa yang dimaksudkan. Sayangnya ada ahli-ahli yang lebih tertarik terhadap nama-nama daripada hewannya sendiri. Sebenarnya nama-nama hewan telah diberikan sejak manusia mengenal hewan-hewan itu tetapi sifatnya masih kedaerahan, sehingga disebut nama daerah. Nama daerah berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat yang lain sehingga nama daerah dipandang tidak praktis. Dalam perkembangannya manusia mencoba menciptakan nama-nama deskriptif, yaitu nama-nama yang didasarkan atas sebagian besar ciri-ciri yang dimiliki hewan-hewan yang dipelajari. Nama ini terlalu panjang sehingga tidak praktis. Itulah sebabnya kemudian diciptakan nama binominal yang lebih sederhana dan lebih praktis.

Sistem binominal mengatakan bahwa nama spesies terdiri atas dua kata, sekaligus dua nama. Kata pertama merupakan kata genus, kata kedua merupakan kata spesifik atau disebut nomen triviale. Ternyata terdapat perbedaan terhadap penggunaan istilah Latin dalam nama ganda itu. Zoologi menggunakan istilah binominal,sedangkan botani menggunakan istilah binomial. Berdasarkan asal usulnya, tampaknya istilah binominal lebih tepat. Di dalam tatanama yang hendak ditata dan dibuatkan peraturannya adalah nama ilmiah atau nama Latin takson-takson. Peraturan itu tercantum dalam Kode Internasional Tatanama Zoologi dengan segala perangkatnya.

Ketentuan dalam Pemberian Nama-nama Takson

Kegiatan belajar ini mengatur cara pemberian nama takson tingkat kategori di bawah spesies dan kategori di atas spesies. Nama takson spesies diatur dalam sistem binominal, nama takson subspesies dengan trinominal, nama takson di atas spesies dengan uninominal. Nama familia berakhiran idae, nama subfamilia berakhiran inae, nama ordo sampai phylum berakhiran bebas, kecuali untuk ikan dan burung, nama ordo berakhiran iformes. Nama pencipta, diletakkan di belakang nama spesies, tanpa dipisahkan oleh tanda-tanda tertentu, tanpa digarisbawahi atau dicetak miring, dapat disingkat. Apabila dijumpai nama pencipta itu berada dalam tanda kurung, berarti nama genus dari spesies itu telah diubah, dan untuk menghargai jasanya, nama pencipta pertama tetap ditulis di belakang nama spesies tetapi di dalam tanda kurung. Apabila suatu populasi memiliki 2 nama, maka nama itu disebut sinonim, tetapi bila sebuah nama diberikan pada 2 kelompok populasi berbeda, maka nama itu disebut homonim. Hibrid tidak diberi nama, sebab hibrid bukan populasi dan berarti bukan takson.

Chordata Rendah

Chordata memiliki 3 (tiga) ciri utama yang membedakannya dari kelompok lain. Chordata dibedakan atas Chordata rendah dan Chordata tinggi. Anggota-anggota Chordata rendah tidak memiliki Column vertebralis, tetapi hanya memiliki chorda dorsalis sebagai penguat tubuhnya. Kepemilikan chorda dorsalis itu berbeda-beda, ada kelompok yang hanya memiliki chorda dorsalis di bagian anterior, ada yang hanya di bagian ekor dan ada yang memanjang pada seluruh punggung tubuh. Atas dasar 3 (tiga) perbedaan ciri tentang kepemilikan chorda dorsalis, batang syaraf dan celah insang, maka chordata rendah dibagi menjadi 3 (tiga) Subphylum:

  • Hemichordata
  • Urochordata dan
  • Cephalochordata.

Kelas Chondrichthyes (Super Kelas Pisces)

Kegiatan belajar ini membahas tentang kelompok ikan tidak berahang yang termasuk kelas Agnatha. Kelas ini meliputi 2 ordo: Myxiniformes dan Petromyzontiformes. Kedua kelompok ini memiliki persamaan dan perbedaan, terutama berkaitan dengan mulut, sirip dan celah insang.

Disamping kelas Agnatha, kegiatan belajar ini juga membahas kelas Chondrichthyes, yaitu ikan-ikan yang kerangkanya berupa tulang rawan, dan sesungguhnya tulang rawan ini bukan menunjukkan keprimitifannya melainkan merupakan ciri sekunder. Kelas ini mencakup 2 subkelas:

  • Subkelas Elasmobranchii yang dibedakan atas ordo Squaliformes dan ordo Rajiforms. Ordo Squaliformes mencakup semua jenis ikan hiu, sedangkan ordo Rajiformes mencakup jenis-jenis ikan pari. Terdapat beberapa perbedaan antara ikan hiu dan ikan pari yaitu dalam hal: letak celah insang, perlekatan sirip dada dan ujud dari ekornya.
  • Subkelas Holocephali mencakup jenis ikan langka yang disebut ikan tikus. Ikan ini tidak mirip dengan ikan hiu ataupun ikan pari dalam hal: bentuk tubuh dan jumlah celah insang.

Osteichthyes (Superkelas Pisces)

Osteichthyes mencakup semua jenis ikan dengan kerangka berasal dari bahan tulang sejati. Ada kelompok besar ikan bertulang sejati ini. Satu kelompok sangat penting artinya dalam perjalanan evolusi hewan darat (Tetrapoda) dan kelompok yang lain berkembang menjadi ikan-ikan maju seperti kita kenal sekarang ini. Ikan-ikan yang dipandang penting dalam perjalanan evolusi Tetrapoda adalah ordo Coelacanthiformes, sedangkan yang berkembang menuju ikan-ikan modern masa sekarang adalah Actinopterygii.

Kelas Ampbhibia

Amfibi adalah kelompok vertebrata darat yang paling primitif, menduduki tempat peralihan dari kehidupan akuatik ke kehidupan darat. Perubahan tempat kehidupan ini menyebabkan seakan-akan kelompok ini masih mencari-cari pola yang sesuai, sehingga terlihat adanya model-model kehidupan, wujud dan ciri-ciri kelompok yang beragam. Di samping adanya model dan wujud yang beragam, juga terjadi perubahan alat-alat tubuh yang disesuaikan dengan cara hidup di darat, misalnya perlu paru-paru, tungkai, choana, dan lain-lain. Untuk klasifikasi Amphibia diperlukan kombinasi berbagai ciri.

Dengan demikian Amphibia dapat dibagi menjadi 4 ordo:

  • Ordo Apoda,
  • Ordo Trachystomata,
  • Ordo Caudata dan
  • Ordo Anura.
Apoda dan Trachystomata merupakan ordo yang anggota-anggotanya sedikit, sedangkan Caudata dan Anura merupakan ordo-ordo yang anggota-anggotanya banyak. Pembahasan kedua ordo ini dibatasi hanya yang berkaitan dengan contoh-contoh yang ada di alam Indonesia.

Kelas Reptilia

Reptilia adalah kelompok hewan darat yang sebenarnya karena mereka bernapas dengan paru-paru sepanjang hidupnya. Sebagai hewan darat yang hidup di lingkungan kering, kulitnya memiliki lapisan bahan tanduk yang tebal. Lapisan ini mengalami modifikasi menjadi sisik-sisik. Kulit sedikit sekali mengandung kelenjar kulit. Ada di antaranya yang selain mempunyai sisik epidermis juga mempunyai sisik dermis, misalnya buaya. Pada anggota Lacertilia pengelupasan kulit terjadi sedikit demi sedikit, sedangkan pada ular terjadi sekaligus. Reptil termasuk Tetrapoda sehingga memiliki 4 buah tungkai atau kaki, tetapi ada pula di antara anggota-anggotanya yang tungkainya mereduksi atau menghilang sama sekali. Menghilangnya tungkai-tungkai itu merupakan ciri sekunder, atau wujud adaptasi terhadap lingkungan. Hewan reptil berkloaka dengan celah berbentuk transversal atau longitudinal. Sebagai hewan darat reptil telah memiliki langit-langit sekunder, dan pada buaya perkembangannya telah sempurna. Semua reptil bergigi kecuali kura-kura. Perlekatan gigi-gigi itu ada yang acrodont, pleurodont, thecodont. Pada anggota Lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan sebagai ciri penting untuk klasifikasi. Alat pendengar, ada yang dilengkapi dengan telinga luar dan ada yang tidak. Mata ada yang berkelopak dan dapat bergerak, ada pula yang kelopaknya tidak dapat bergerak serta berubah menjadi bangunan transparan. Reptil jantan memiliki alat kelamin luar berupa sebuah penis atau satu pasang hemipenis. Embrio memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur pada waktu menetas. Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur tengkoraknya. Formulasi ini dikemukakan oleh Osborn tahun 1903, yaitu ditunjukkan dengan adanya ciri-ciri tengkorak: anapsid, diapsid, synapsid (parapsid). Sekarang klasifikasi reptil tersebut telah banyak berubah, dan dibagi menjadi 4 ordo: Testudinata, Rhynchocephalia, Squamata dan Crocodilia.

Kelas Aves

Setiap burung tubuhnya ditutupi bulu, sehingga bulu merupakan ciri spesifik burung, yang tidak dimiliki oleh kelompok Tetrapoda lainnya. Pada hakikatnya bulu berfungsi sebagai alat untuk terbang, karena burung merupakan perkembangan filogenetik dari reptil yang tak terbang. Bulu diduga berasal dari modifikasi sisik-sisik reptil yang menjadi moyang burung. Selain itu bulu juga berfungsi untuk menjaga suhu tubuh burung agar tetap tinggi. Sebelum burung benar-benar dapat terbang ada suatu bentuk makhluk yang sebagian ciri-cirinya menyerupai burung dan sebagian yang lain menyerupai reptil. Bentuk ini dipandang atau dianggap sebagai bentuk perkembangan reptil menuju burung. Makhluk yang fosilnya ditemukan di Jerman ini diberi nama Archaeopteryx lithographica. Berdasarkan atas kemampuan terbangnya, burung dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu Ratitae yang anggota-anggotanya tidak dapat terbang karena alat-alat terbangnya tidak memadai. Kelompok kedua adalah Carinatae yang mencakup burung-burung yang mampu terbang, bahkan ada yang sangat pandai terbang. Lebih lanjut masing-masing kelompok itu dibagi-bagi menjadi ordo-ordo yang jumlahnya tidak kurang dari 30. Masing-masing ordo diuraikan ciri-ciri utamanya dan diberikan contohnya.

Kelas Mamalia

Nama Mamalia berasal dari ciri utama anggota-anggota (hewan) yang memiliki glandula mammae. Selain itu ciri lainnya adalah memiliki rambut-rambut, yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari pengaruh panas maupun dingin. Suhu tubuh mamalia relatif tetap dan keadaan ini disebut homoioterm. Di dalam kulit mamalia terdapat kelenjar air susu, kelenjar peluh (keringat) dan kelenjar minyak. Beberapa jenis mamalia mempunyai kelenjar lain misalnya kelenjar bau dan kelenjar pipi. Berdasarkan sifatnya gigi-gigi mamalia adalah heterodont, thecodont, dan diphyodont. Dipandang dari cara menapakkan kakinya, mamalia ada yang bersifat plantigrad, digitigrad, dan unguligrad. Mamalia juga memiliki diafragma yang memisahkan rongga dada dari rongga perut. Dipandang dari aktivitasnya, ada mamalia yang nocturnal dan ada yang diurnal. Secara umum, ada mamalia yang bermanfaat, ada yang merugikan dan ada yang membahayakan bagi kehidupan manusia. Jumlah spesies mamalia yang telah dikenal mamalia tidak kurang 4.000 dan dikelompokkan ke dalam sejumlah ordo.

KLASIFIKASI ANIMALIA

Keanekaragaman organisme sangat besar. Jumlah spesies hewan yang telah dikenal baik oleh manusia tidak kurang dari 1 juta. Tiap spesies menunjukkan variasi yang cukup besar, sehingga secara keseluruhan dunia kehidupan itu memperlihatkan keanekaragaman yang begitu besar. Untuk mempermudah mempelajarinya perlu diciptakan cara yang tepat yaitu klasifikasi. Dari klasifikasi timbullah kelompok-kelompok hewan yang secara umum disebut takson. Karena jumlah takson cukup besar, masing-masing perlu diberi nama untuk mengenal dan membedakannya dari takson yang lain. Kedudukan takson-takson itu berjenjang dan cakupannya ada yang luas, dan ada yang sempit. Dari kata takson kemudian timbul istilah taksonomi yang diartikan sebagai teori dan praktik klasifikasi. Selain taksonomi, juga dikenal istilah sistematika yang berarti kajian tentang keanekargaman organisme. Selain istilah klasifikasi juga dikenal istilah identifikasi. Perbedaannya ialah klasifikasi didasarkan atas pemikiran induktif, sementara identifikasi didasarkan atas pemikiran deduktif.

Teori Klasifikasi

Pelaksanaan kegiatan klasifikasi perlu mengacu pada teori-teori klasifikasi yang berjumlah 5 buah. Masing-masing teori dapat berdiri sendiri-sendiri dapat pula bergabung bersama-sama. Kegiatan klasifikasi berdasarkan atas penalaran induktif. Kelima teori itu adalah: essensialisme, nominalisme, empirisme, cladisme, dan klasifikasi evolusioner. Tujuan klasifikasi adalah untuk menciptakan suatu sistem yang dapat dipercaya dan mudah dipakai untuk mengatasi keanekaragaman organisme yang membingungkan. Sebagai teori, klasifikasi memiliki nilai penjelasan, nilai prediksi yang tinggi, memiliki nilai heuristik yang kuat, dan bersifat provisional. Klasifikasi biologis terdiri atas penyusunan organisme-organisme ke dalam kelompok-kelompok yang mirip dan berasal dari sumber yang sama. Kemiripan yang digunakan untuk pengelompokan itu disebut ciri-ciri taksonomi. Jadi ciri taksonomi adalah suatu tanda atau atribut suatu takson yang membedakannya dari takson yang lain. Ciri-ciri perbedaan antara individu dalam suatu populasi, misalnya umur, jenis kelamin, bukan ciri-ciri taksonomi. Ciri-ciri taksonomi memiliki fungsi ganda, yaitu merupakan kekhususan suatu takson dan merupakan indikator hubungan kekerabatan. Secara keseluruhan, ciri-ciri taksonomi dapat dikelompokkan dan dikaji berdasarkan 5 kelompok besar: morfologi, fisiologi, biokimiawi, ekologi dan geografi.

Prosedur Pelaksanaan Klasifikasi

Spesies dipandang sebagai unit dasar klasifikasi. Makna spesies bermacam-macam, mulai dari yang sederhana sampai yang filosofis. Makna kata spesies adalah sesuatu yang asli. Menurut John Ray, spesies merupakan sekelompok individu yang mempunyai moyang sama, sedangkan menurut Linnaeus spesies adalah sekelompok organisme yang memperlihatkan tipe ideal. Dalam perkembangan selanjutnya pengertian spesies dirumuskan dalam konsep-konsep. Kita mengenal 4 konsep spesies: konsep spesies tipologis, konsep spesies nominalistik, konsep spesies biologis, dan konsep spesies evolusioner. Selain konsep-konsep spesies, juga dikenal istilah-istilah: spesies sibling, spesies sympatric, spesies allopatric, spesies polytypus, spesies monotypus. Spesies menduduki tempat yang paling strategis di dalam hierarkhi klasifikasi. Kedudukan itu disebut kategori. Beberapa spesies yang serupa dikelompokkan ke dalam genus, dan beberapa genus yang serupa dikelompokkan dalam familia. Demikian selanjutnya sampai terbentuk kelompok yang paling besar yaitu Regnum. Dalam klasifikasi dikenal 21 kategori. Namun demikian jumlah kategori yang umum digunakan dalam klasifikasi hanya 7, bahkan 7 kategori itu dapat diringkas menjadi 3 kategori: kategori spesies, kategori subspesies dan kategori di atas spesies. Di dalam membahas spesies perlu dikenal adanya sistem tipus, yaitu suatu sistem yang digunakan dalam penentuan nama-nama takson. Tipus adalah suatu spesimen yang digunakan sebagai standar dalam penentuan nama suatu spesies hewan. Jadi tipus suatu spesies adalah suatu spesimen tertentu, tipus suatu genus adalah spesies tertentu dalam genus itu. Dalam sistem tipus itu dikenal 9 macam tipus: Holotipus, Paratipus, Allotipus, Sintipus, Neotipus, Topotipus, Metatipus, Homotipus dan Genotipus. Sistem tipus dapat digunakan secara luas, tetapi untuk kategori-kategori di atas spesies, tipus itu tidak berupa suatu spesimen. Tipus suatu genus berupa suatu spesies tertentu, tipus untuk familia adalah suatu genus dari familia itu, demikian selanjutnya.


Sumber : http://massofa.wordpress.com/